Penyebaran wabah Coronavirus Disease (Covid-19) yang merebak di berbagai negara termasuk di Indonesia merupakan pandemik virus yang mengancam kehidupan manusia. Akibat Covid-19 ini telah banyak yang menjadi korban. Akibat Covid 19 ini pula anak-anak tidak bertemu dengan Bapak/Ibu guru dan belajar di rumah masing-masing selama beberapa waktu ini.
Virus ini menjadi wabah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Pertama, penyebarannya yang cepat karena proses penularan yang cukup mudah. Kedua, penyebarannya yang tidak mudah dilihat. Ketiga, sikap tidak peduli sebagian masyarakat terhadap potensi penyebaran dan mudarat yang diakibatkan oleh Covid-19.
Beberapa waktu terakhir ini memasuki masa darurat Covid-19 berskala internasional. Ini berpijak pada pernyataan resmi World Health Organization (Badan Kesehatan Dunia) bahwa Covid-19 telah menjadi pandemik dan kriteria Kejadian Luar Biasa.
Sebagai umat Muslim, kita harus berpegangan pada ajaran agama Islam dalam mensikapi masa wabah ini. Redaksi Majalah Azzam merangkum beberapa nilai dasar ajaran Islam tersebut.
Nilai-nilai dasar dimaksud adalah, pertama, keimanan kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Adil serta Maha Rahman dan Rahim bahwa apa pun yang menimpa manusia tidak lepas dari kehendak Allah Yang Maha Kuasa (QS. Al-Hadid [57]: 22-23). Tetapi semua yang menimpa manusia itu bukanlah karena Allah tidak adil. Sebaliknya Allah itu Maha Adil dan tidak berbuat zalim kepada hamba-Nya (QS. Fushilat [41]: 46). Oleh karena itu segala musibah yang terjadi harus dipandang sebagai suatu ujian bagi manusia (QS. Ali Imran [3]: 142) yang di baliknya banyak hikmah dan pelajaran yang harus dipetik.
Kita harus menjaga kualitas lingkungan hidup kita yang baik dan sehat dan menghindari hal-hal yang merusak termasuk mengundang penyakit dan sekaligus mengingat tugas manusia yang bertugas memakmurkan alam (QS. Hud [11]: 61).
Kedua, keimanan bahwa Allah Yang Maha Rahman dan Rahim menuntunkan kepada manusia bahwa dalam menjalani kehidupan agar manusia selalu optimis dan menghindari putus asa. Sikap cepat putus asa itu bukan merupakan sikap orang mukmin, melainkan merupakan tanda ketiadaan iman (QS. Al-Hijr [15]: 56 dan Yusuf [12]: 87). Konsekuensi dari optimisme adalah bahwa kita meyakini bahwa setiap kesulitan selalu ada jalan keluarnya seperti dinyatakan dalam Al-Quran, “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah [94]: 5) dan sabda Nabi saw, “… dan beserta bencana itu ada kelapangan dan bersama kesulitan ada kemudahan” (HR Ahmad, al-Musnad, V: 18, no. 2802)
Optimisme lebih lanjut bukan suatu sikap menunggu dan berpangku tangan, melainkan melakukan ikhtiar maksimal untuk mencari jalan keluar dari berbagai kesulitan dan menghindari berbagai sumber dari kemudaratan sambil bertawakal kepada Allah. Nasib manusia itu ada di tangan manusia itu sendiri dan apa yang diperolehnya tidak lain adalah hasil usahanya dan Allah tidak akan mengubah nasibnya sebelum ia mengubah ke adaan dirinya sendiri (QS. Al-Najm 53: 39 dan Al-Ra’d [13]: 11).
Wabah Covid-19 adalah salah satu musibah yang merupakan ujian dari Allah atas dasar sifat Rahman dan Rahim Allah, sehingga umat Islam harus menghadapinya dengan sabar, tawakal, dan ikhtiar.
1. QS. Al-Baqarah [2] ayat 155-157:
[155] Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Berikanlah berita gembira kepada orang[1]orang yang sabar;
[156] (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: «Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali)”;
[157] Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
2. QS. Al-Tagābun [64] ayat 11:
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
3. QS. Al-Anfāl [8] ayat 25:
Peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.
4. QS. Al-Baqarah [2] ayat 195:
Belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
5. QS. Al-Ḥadīd [57] ayat 22-23:
[22] Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah;
[23] (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Anak-anakku, dalam menghadapi wabah seperti ini kita sebagai umat Muslim seharusnya emperbanyak zakat, infak dan sedekah serta memaksimalkan penyalurannya untuk pencegahan dan penanggulangan wabah Covid-19.
Kita harus terus menggalakkan sikap berbuat baik (ihsan) dan saling menolong (taawun) di antara warga masyarakat, terutama kepada kelompok rentan, misalnya berbagi masker, hand sanitizer, atau mencukupi kebutuhan pokok dari keluarga yang terdampak secara langsung dan tidak melakukan panic buying (pembelian barang karena panik/ penimbunan barang berdasarkan rasa takut).
Anak-anakku, marilah kita memperbanyak istigfar, bertaubat, berdoa kepada Allah, membaca al-Quran, berzikir, bersalawat atas Nabi serta dengan keyakinan dan berbaik sangka akan ketetapan Allah. Semoga kita semuanya selalu dalam lindungan Alloh SWT.
Sumber: Edaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Nomor 03/EDR/I.0/E/2020, Tanggal 07 Sya’ban 1441 H/31 Maret 2020.